Dosa kolektif kita sejak 1943 adalah tidak melanjutkan kewajiban membaca 25 buku untuk siswa SMA dan latihan menulis 1 seminggu. 36 setahun, dan 108 karangan sampai tamat sekolah. Kini wajib baca 0 (nol) buku dan tugas mengarang (kebanyakan) sekali setahun. Kita telah menjadi generasi nol buku, yang rabun membaca, pincang mengarang. Tugas kita sangat berat mengejar ketertinggalan 63 tahun ini. (Taufiq Ismail, Sastrawan) Alur informasi pengetahuan tiada hentinya mengalir karena dampak tuntutan sosial dan perkembangan cepat informasi dalam berbagai aspek kehidupan. Kompetsi ketat pasar global menyebabkan masyarakat pada umumnya dan para individu secara terus-menerus berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertiannya. Salah satu wahana dalam upaya mewujudkan tujuan ini adalah kegiatan membaca. Kegiatan membaca berarti mencoba memahami tulisan rangkaian kata-kata dengan dekode untaian lambang tertulis. jadi kegiatan membaca, bagi anak maupun bagi orang dewasa, terutama yang sedang belajar suatu bahasa, menuntut lebih banyak dari mengeja kata dan huruf, karena makna untaian kata tersebut harus dipahami artinya. Bacaan yang berkualitas akan menumbuhkan kemampuan kreatif dan imaginatif, yang pada gilirannya adalah wahana dalam mempersiapkan diri, meningkatkan kualitas diri memasuki tuntutan zaman ini. Diharapkan juga bahwa motivasi membaca pada akhirnya menterjadikan tercapainya cita0cita bangsa mensejahterakan masyarakat Indonesia. (Prof. DR. Conny Semiawan, Pakar Pendidikan)