Program reintegrasi mewajibkan klien pemasyarakatan untuk mengikuti pembimbingan yang dilaksanakan di Balai Pemasyarakatan di bawah kendli seorang Pembimbing Kemasyarakatan yang akan membimbing klien pemasyarakatan dalam bentuk bimbingan kepribadian maupun kemandirian serta kegiatan konseling yang bertujuan agar klien dapat diterima kembali di tengah masyarakat. Namun, pandangan berbeda kadang muncul di sebagian masyarakat, dimana Klien Pemasyarakatan masih dipandang sebagai ancaman yang menggangu keamanan dan ketertiban lingkungan. Hal tersebut akhirnya membuat kondisi modal sosial di masyarakat, khususnya bagiklien pemayarakatan menjadi melemah. Hal ini pada akhirnya menjadi sebuah tantangan bagi seorang petugas Pembimbing Kemasyarakatan untuk meningkatkan modal sosial yang dimiliki oleh klien pemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi literatur dan menggunakan konsep modal sosial yang terdiri dari norma (norms), kepercayaan (trust), dan jaringan (network) untuk menganalisa temuan penelitian. Pada penelitian ini modal sosial yang dimiliki klien pemasyarakatan saat mereka bebas pada umumnya akan cendrung menurun dan mengalami beberapa permasalahan seperti masalah ekonomi, hubungan, dan stigma. Hal tersebut akhirnya membuat seorang pembimbing kemasyarakatan perlu melakukan intervensi untuk dapat meningkatkan modal sosial yang dimiliki klien pemasyarakatan.