TNI dalam menjalankan tugasnya sebagai penjaga kedaulatan negara Republik Indonesia terhadap ancaman dari luar dan dalam negeri memerlukan kesiapan dukungan logistik pertahanan yang memadai. Logistik pertahanan dalam bidang material diantaranya yaitu Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista), perlu dipersiapkan secara dini dan terukur melalui pembangunan Kekuatan Pokok (KP) yang dilaksanakan dalam tiga Rencana Strategis (2010-2024). Namun hingga berakhirnya Renstra II belum dapat terpenuhi target yang direncanakan. Penelitian ini akan mengidentifikasi permasalahan dan memetakan struktur sistem yang menyebabkan terjadinya fenomena yang ada. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antar variabel anggaran pertahanan, kesiapan industri pertahanan, dan pemenuhan kekuatan pokok pertahanan. ANggaran pertahanan dan kesiapan industri pertahanan dalam negeri dapat meningkatkan upaya pemenuhan logistik pertahanan melalui produksi alutsista yang berdampak pada peningkatan perekonomian nasional dengan meminimalkan ketergantungan terhadap produk luar negeri. Model pemenuhan logistik pertahanan yang dibuat dapat diterjemahkan lebih lanjut menjadi model matematis dengan memasukkan nilai-nilai berupa jenis dan jumlah alutsista TNI serta harga perolehan untuk digunakan dalam menghitung anggaran yang dibutuhkan dan seberapa besar porsi industri pertahanan maupun impor alutsista dalam memenuhi kebutuhan alutsista tersebut. Kemudian hasil pemetaan tersebut dianalisis dengan metode SWOT dalam membuka skala prioritas strategi yang diambil untuk menjadi rekomendasi bagi pemecahan masalah dalam pemenuhan logistik pertahanan melalui industri pertahanan yang inovatif dan produktif. Kesimpulan yang diperoleh yaitu industri pertahanan dengan penguasaan penuh teknologi produksi dapat memenuhi kebutuhan logistik pertahanan sekaligus meningkatkan perekonomian nasional.