‘Gembala Sejarah’ merupakan sebutan yang diberikan Monsinyur Puja saat menjadi seminaris, baik di Seminari Menengah Mertoyudan maupun Seminari Tinggi Kentungan untuk buku hariannya. Buku ini merupakan sumber istimewa dan sangat berharga untuk mengikuti luapan hati dan berbagai momen peristiwa yang mengesan dalam hidupnya seperti yang tertuang berikut ini. 11 Nopember 1976. Dalam saat-saat gawat seperti yang kualami sekarang ini, ‘Gembala Sejarah’ ini mencatat luapan hatiku. Aku tidak bisa berbuat lain kecuali menuliskannya dalam buku ini. Sejauh ditemukan, buku Gembala Sejarah ini memuat refleksi dan catatan hariannya mulai tahun 1968 sampai 1977. Melalui Gembala Sejarah, terungkaplah perasaan dan pemikiran terdalam yang dimiliki Monsinyur Puja kala itu. Setelah menjadi imam dan uskup, Monsinyur Puja menggunakan berbagai cara untuk merekam luapan perasaan dan pemikirannya, baik melalui catatan yang dibuat dengan tangannya sendiri maupun yang terekam dalam jejak digital. Surat-surat, catatan-catatan, buku kerja, bahkan media sosial yang berkembang dalam kehidupan manusia telah dia jadikan sebagai cara untuk merekam berbagai kekayaan pemikiran dan pengalamannya. Baginya, semua cara pendokumentasian yang diciptakan oleh manusia dapat dijadikan sebagai ‘Gembala Sejarah’.