Di dalam masa krisis semesta yang kita alami sejak lama di antara kita yang peduli akan nasib masyarakat desa dan petani, ada dua kubu yaitu:
a. Walaupun mengakui salah langkah dengan mengandalkan golongan Si Besar konglomerat dalam masa 25 tahun terakhir, tak percaya bahwa berpihak pada ekonomi kerakyatan merupakan pemecahan masalah kita.
b. Kubu lain yang memihak pada golongan lemah sebaliknya belum siap dengan konsepsi bagaimana menyiapkan Si Lemah yang mayoritas (jumlahnya) dapat berperan nyata di tingkat nasional dan antar-bangsa.

Antara dua konsepsi itu diperlukan jembatan pengintegrasian, antara pemikiran makro dan mikro dan antara komunitas petani kecil dan asosiasi industri dan dagang sehingga (akhirnya) terwujudlah bahwa "petani mampu tampil di kota", sebagai warga negara yang sederajat "mewakilinya" (ini warisan masa kolonial).

Dengan latar belakang sejarah bangsa itulah kumpulan tulisan Lali Dillon pantas mendapat penilain dan penghargaan kita bersama! Apa lagi kata "Bangsa" mengingatkan kita bahwa nasib bangsa sebagai "kesatuan" dan "komunitas yang diimajinasikan bersama" dalam saat krisis semesta kini memang sedang dalam taruhan!