Agenda reforma agrarian yang ditujukan pertama tama mengubah struktur agrarian dan memperbaiki akses rakyat pada tanah dan kekayaan alam, telah kembali menjadi pokok bahasan terdepan dan mungkin bakal menjadi bagian inti dari agenda pembangunan dari berbagai badan – badan internasional dan berbagai negara Asia, Afrika dan Amerika latin. Sejak pembaharuan agraria disisihkan dari strategi pembangunan nasional dan bahkan dikeluarkan dari diskusi publik dan akademik oleh pemerintahan Orde Baru (cf White: 2005) maka selama kurun waktu yang lama isu agraria telah meredup. Padahal disadari bahwa agenda inilah yang menjadi kepedulian utama para pendiri bangsa, sehingga boleh dikatakan bahwa salah satu pencetus aspirasi revolusi kemerdekaan pada saat itu adalah cita-cita untuk mewujudkan keadilan agrarian. Kebangkitan agenda agraria ini kembali muncul ketika bangsa dihadapkan pada problem persistensi kemiskinan dan krisis sosial–ekologi. Disadari bahwa salah satu penyebab dari problem ini adalah salah pengurusan atas sumber-sumber agraria dan kekayaan alam, baik menyangkut distribusinya maupun pengelolaan secara berkelanjutan. Padahal amanat kontitusi jelas menyatakan bahwa sumber-sumber agraria dan kekayaan nasional itu haruslah diurus untuk bisa mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Buku ini terbit sebagai bagian dari suatu rangkai kegiatan dari kelompok para pelajar, penggerak pengajar dan peneliti agrarian berupa membaca, menulis ringkasan, apresiasi dan kritik dan diskusi naskah naskah akademik terpilih mengenai kebangkitan agenda reforma agrarian di badan pembangunan internasional.