Ingatan kolektif bangsa kita mengenal Moerdiono sebagai sosok yang istimewa. Dan menteri sekretaris negara (mensesneg), hampir menjadi top of mind kita semua ketika disebut nama beliau. Tidak keliru. Karena pada Sekretariat Negara setelah beliau lulus dari Akademi Pemerintah Dalam Negeri (APDN) dan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Posisi beliau saat itu hanya sebagai staf. Dan, berkat ketekunan dan keseriusan yang dimilikinya, karir beliau pun selalu meningkat. Tahun 1972 beliau diangkat menjadi asisten Menteri Sekretaris Negara urusan khusus, hingga ia ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Sekretaris Negara selama dua periode (1988-1993 dan 1993-1998).

Namun siapa sangka, dibalik sosok dan penampilannya yang low profile, tersimpan ide dan gagasan kebangsaan yang luar biasa. Ide dan gagasan beliau banyak disampaikan dalam ceramah-ceramahnya mampu menghadirkan gagasan-gagasan segar. Di tengah isu demokrasi yang belum seramai saat ini, pada tahun 1992, Mas Moer sudah pernah menyampaikan gagasannya tentang pers dan kehidupan demokrasi di Indonesia. Pemikirannya tentang isu penyelenggaraan Demokari dan Hak Asasi Manusia pun pernah beliau sampaikan di depan para mahasiswa di Bandung pada tahun 1994. Buku ini selain memuat isu-isu kebangsaan yang pernah dituangkan oleh Moerdiono, juga menyajikan ide dan pemikiran beliau tentang birokrasi dan penguatan aparatur Negara. Sebuah isu yang memang beliau kuasai dengan baik.