Walaupun buku ini sifatnya fi ksi, tapi orang-orang yang terlibat atau mereka yang mengikuti haru-birunya perebutan kekuasaan di Indonesia akan mengerti bahwa catatan-catatan Sabeni di buku ini berlatar belakang kisah nyata. Sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh aktor yang terlibat langsung dalam sejarah birokrasi dan kekuasaan di Indonesia. Tentunya, berbeda dengan buku yang ditulis para pengamat, realitas yang digambarkannya terasa lebih realistis, bukan hanya kadar rasionalitas, tapi juga kadar emosionalnya.

Apalagi, sang Aktor juga -- dalam batas-batas tertentu -- mampu menjaga obyektivitasnya. Mungkin juga karena penuturannya bersifat fi ksi, maka banyak kebenaran yang terungkap dalam bingkai emosional, yang justru membuatnya menjadi lebih bernilai untuk difahami, atau, lebih kelihatan nyata. Sebuah obyektivitas yang kaya, karena dilihat dari unsur yang seringkali dituduh kurang obyektif. Padahal, dengan mata hati, kita justru bisa melihatnya sebagai bagian yang memperkaya realitas.

Karena sifat fi ksinya pula, maka bumbu-bumbu humor -- baik yang bersifat praktis maupun fi losofi s -- bebas bertebaran dalam buku ini. Uniknya juga, bumbubumbu inilah yang mampu memberi penafsiran terhadap unsur kebenaran, yang mungkin tidak terlihat oleh mata telanjang atau terdengar langsung oleh pendengaran. Sehingga bumbu-bumbu ini – walaupun ada juga yang bersifat sinis -- menambah bobot penafsiran untuk hal-hal yang tidak mudah difahami secara kasat mata.

Pengantar ini diberi judul Birokrasi dan Kekuasaan, karena dua hal. Pertama, banyak cerita mengenai kebanyakan birokrasi dalam pengalaman republik yang tercinta ini. Kebobrokan-kebobrokan yang terjadi akibat pola berpikir yang keruwetan “takut salah bertindak” banyak mewarnai buku ini. Kedua, faktor kekuasan di level birokrasi kita ternyata sangat menambah rumitnya masalah yang dihadapi di negara ini.

Tentunya buku ini tidak akan menyenangkan semua orang. Tapi, dalam obrolan dengan penulis, terlontar bahwa penulisan buku ini tidak bermaksud untuk menyinggung siapa pun. Pada intinya, buku ini hanya ingin memberikan pandangan lain dari sisi perjalanan negeri ini, yang diyakini akan memberi pelajaran bagi generasi berikutnya.